Senin, 06 Oktober 2014

TARI BALI

Tari Bali
Pengertian Tari
Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerakan tubuh manusia. Pada jaman masyarakat peodal di Bali terdapat perkembangan tari yang berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Pada permulaan jaman masyarakat peodal yang ditandai dengan masuknya unsur-unsur kebudayaan India, unsur kebudayaan Bali masih bertahan kuat sekali terutama kehidupan gotong royong. Pada jaman masyarakat peodal di Bali istana raja merupakan pusat perkembangan kebudayaan, tetapi perkembangan itu juga ada yang berada di luar tembok keraton. Dalam perkembangan tari baik di istana maupun dikalangan masyarakat memerlukan sekali tari sebagai salah satu kelengkapan upacara keagamaan. Perkembangan seni tari di Bali baik tari –tari istana maupun tari rakyat pada prinsipnya sama.
          Pada jaman sekarang di Bali terdapat banyak  jenis tari pertunjukan atau hiburan seperti kehidupan tari di daerah lain. Sejak Indonesia merdeka tari Bali me ngalami proses modernisasi seperti kehidupan tari di Jawa.
CIRI-CIRI TARI BALI
Berdasarkan atas daerah perkembangannya tari Bali dapat dibedakan manjadi dua yaitu: gaya tari Bali selatan dan gaya tari utara. Gaya tari Bali utara memiliki ciri-ciri tarinya cepat dan kuat. Hal ini terlihat misalnya pada angkatan kaki yang tinggi pada tarian wanita. Sedangkan gaya tari bali selatan lebih halus, sebagai bukti bahwa gaya tari Bali utara lebih cepat dan kuat dari gaya Bali selatan adalah bahwa tari kebyar yang di Bali selatan umumnya dilakukan oleh seorang laki-laki dibali utara dilakukan oleh seorang wanita. Dilihat secara sepintas gaya Bali utara dan gaya Bali selatan sebenarnya perbedaannya tidak bersifat fondamental, bahkan kehidupan sekarang ini kedua gaya tersebut saling pengaruh mempengaruhi sehingga menjadi sebuah gaya tari yang khas yaitu gaya tari Bali.
Adapun ciri-ciri tari Bali adalah sebagai berikut :
  1. Tari Bali pada umumnya Bersifat Ekspresif, Hal ini terbukti pada gerakan mata yang sangat kocak. Seorang penari Bali apabila sudah mulai menari akan mengangkat alisnya sedikit ke atas, karena apabila hal ini tidak dilakukan tarian tersebut akan kosong tanpa ekspresi. Selain itu gerak mata pada tari Bali adalah ciri khas oleh daerah lain, gerak mata bisa dilakukan dengan cara cepat, lambat. Gerakan mata seperti itu di Bali disebut dengan Nyledet.
  2. Pada umumnya tari Bali bersifat dinamis selaras dengan musik pengiringnya yaitu gamelan Bali yang sangat dinamis pula. Setiap gerak pada Tari Bali seperti mata, kepala, tangan, kaki, bahu selalu bersamaan dengan ritme pukulan geraknya. Ritme tersebut pada setiap lagu sering berbeda-beda ada yang ritmenya cepat, lambat ada pula yang cepat sekali.
  3. Sikap atau posisi kaki pada tari Bali umumnya terbuka dan rendah bahkan ada yang sampai jongkok. Tetapi ada pula yang sikap dalam menari bentuk kaki tegak lurus.
  4. Setiap gerakan tangan pada umumnya terbentuk agak diangkat ke atas sehingga bahu sering kali kelihatan ikut terangkat pula.
Disamping ciri-ciri di atas tari Bali juga ada tarian yang khusus haya dilakukan oleh seorang penari laki-laki saja atau perempuan saja. Tari yang khusus dilakukan oleh penari laki-laki misalnya Tari Topeng, Tari Jauk. Tari Baris. Tari yang dilakukan oleh penari perempuan saja misalnya Tari Legong, Tari Arja, Tari Pendet, Tari Sanghyang.
Jenis – jenis tari Bali
Jenis – jenis tari Bali diantaranya Tari Wali (Tari Sakral), Tari Bebali dan Tari Balih-balihan.
1 Tari wali
Tari wali merupakan tarian keagamaan yang dianggap keramat, adapun jenis tari wali yaitu:
  • Rejang
Tarian yang ditampilkan oleh wanita secara berkelompok di halaman pura pada saat berlangsungnya upacara.Tari rejang memiliki gerakan yang sederhana dan lemah gemulai.Tari Rejang Dewa – Sebagian besar seni tari yang ada di daerah Bali tidak hanya berfungsi sebagai seni semata, tapi juga merupakan tarian upacara yang ditujukan untuk para dewa.Sehingga tidak heran jika seni tari di daerah Bali lebih banyak dilakukan di Pura, termasuk diantaranya adalah tari rejang dewa. Tari rejang dewa merupakan tarian yang digunakan untuk menyambut kehadiran Hyang Widhi Waca dan para dewata kahyangan ketika turun ke bumi
tari rejang dewa
Seperti tarian sakral lainnya, tari rejang dewa juga tidak boleh dilakukan di sembarang  tempat. Para warga Bali hanya melakukan tarian di Pura, area yang dianggap paling suci. Walaupun dinamakan dengan sebutan dewa yang biasanya identik dengan sosok laki – laki. Namun pada kenyataannya tari rejang dewa dibawakan oleh penari putri.
Tarian ini biasanya dibawakan secara berkelompok atau massal. Gerakan yang ada pada tarian ini juga sangat sederhana, bahkan terkesan polos.
Walaupun hanya terdiri dari gerakan yang sederhana, namun makna yang terkandung dalam tarian ini tidaklah sesederhana itu.Gerakan sederhana yang ada pada taria rejang dewa biasanya dibwakan dengan rasa penuh pengabdian kepada para dewa dan penuh rasa kehadirat sang Maha Agung. Tari rejang dewa biasanya ditampilkan ketika pura mengadakan acara – acara keagamaan atau ritual tertentu lainnya. Penari yang membawakan tari rejang dewa biasanya menggunakan pakaian upacara,yang biasanya didominasi oleh warna putih dan kuning.
Dalam membawakan trai rejang dewa para penari biasanya membuat lingkarang di halaman Pura atau Pelinggih. Terkadang penarinya membawakan tarian ini sambil berpegangan tangan. Sebagai tarian penyambutan dewa, selain harus dilakukan di tempat suci seperti pura, tapi juga memiliki persyatan lainnya. Misalnya sang penari haruslah gadis  yang masih perawan. Oleh karena itulah kebanyakan penari yang membawakan tarian ini masih duduk di bangku sekolah dasar.
·         Pendet
Merupakan tarian pembuka upacara di pura. Penari yang terdiri dari wanita dewasa menari sambil membawa perlengkapan sesajen.Gerakan Tari Pendet lebih dinami dibanding Tari Rejang  Kini, Pendet telah ditarikan untuk hiburan, terutama sebagai tari penyambutan. http://trianawindartini.files.wordpress.com/2012/10/pedet2.jpg?w=248&h=193

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan RindiPendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangku pria dan wanita, dewasa maupun gadis.
Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik. Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.
·         Barong
Seni tari yang menceritakan pertarungan antara kebajikan dan kejahatan. Tokoh utama adalah barong, hewan mistik yang diperankan dua penari pria, seorang memainkan kepala dan kaki depan, seorang lagi jadi kaki belakang dan ekor. Barong dan Rangda ialah dua eksponen yang saling kontradiktif satu dengan yang lainnya. Barong dilambangkan dengan kebaikan, dan lawannya Rangda ialah manifestasi dari kejahatan. Tari Barong biasanya diperankan oleh dua penari yang memakai topeng mirip harimau sama halnya dengan kebudayaan Barongsai dalam kebudayaan China. Sedangkan Rangda berupa topeng yang berwajah menyeramkan dengan dua gigi taring runcing di mulutnya.
http://trianawindartini.files.wordpress.com/2012/10/barong-1.jpg?w=198&h=202
Pulau Dewata Memang menyimpan segudang keunikan seni, budaya dan tradisi yang masih dipegang teguh serta dijalankan hingga saat ini. Tidak hanya untuk mempertahankan akar budaya, namun juga sebagai penghibur para pelancong yang berwisata ke Pulau Bali. Banyak atraksi seni termasuk tari-tarian yang memiliki maksud dan filosofi positif dibalik dinamisme geraknya. Salah satu diantaranya adalah Tari Barong. Tarian yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan dan kebatilan.
Dalam Tari Barong, kebajikan direpresentasikan pada lakon Barong, yakni seorang penari dengan kostum binatang berkaki empat. Sementara kebatilan dimainkan oleh Rangda, sosok menyeramkan dengan taring di mulutnya. Keduanya bertarung sambil menari mengikuti alunan musik tradisional Bali.
Tokoh Barong pada tarian ini memang cukup sentral. Kostumnya pun menarik karena dilengkapi dengan beragam pernak-pernik yang meriah. Barong sendiri digambarkan sebagai makhluk perpaduan singa, harimau dan juga lembu. Pada tubuh barong dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan kaca cermin serta dilengkapi dengan bulu-bulu yang terbuat dari serat pandan. Tokoh barong juga dimainkan oleh dua penari sekaligus.
Selain memainkan cerita Pra-Hindu, ada juga beberapa tokoh pendukung lain seperti Kera yang merupakan sahabat Barong, Dewi Kunti, Sadewa serta para pengikut Rangda. Meskipun tarian ini menceritakan tentang pertarungan antara kebatilan dan kejahatan, tarian ini mengandung unsur komedi yang diselipkan di tengah-tengah pertunjukan. Hal itu tercermin dari beberapa gerakan dari Barong dan kera yang mengundang tawa penonton.
Tari barong masih mengandung unsur budaya khas Bali yang amat kental terlebih pada hal-hal yang berbau mistis. Pada pembuatan kostum barong, bahan-bahan diperoleh dari kayu-kayu yang dianggap keramat. Selain itu disela-sela tarian ini juga diselingi Tari Keris yang kerap ditunjukan adegan menusukan keris layaknya pertunjukan Debus dari Banten. Oleh karena itu tidak hanya sebuah tari budaya, tari barong juga sangat disakralkan oleh masyarakat Bali.
Layaknya warisan seni budaya Indonesia lainnya, dibalik keunikan dan keindahannya tari barong juga memiliki makna dan nilai luhur yang mendalam. Pesan bahwa kebatilan akan selalu menang melawan kejahatan tercermin jelas melalui kemenangan Barong melawan Rangda. Hal ini juga sejalan dengan nilai-nilai yang diwariskan para leluhur dan pendahulu bangsa.
·         Baris
Jenis tarian pria, ditarikan dengan gerakan yang maskulin. Berasal dari kata bebaris yang bermakna prajurit, tarian ini dibawakan secara berkelompok, berisi 8 sampai 40 penari.
http://trianawindartini.files.wordpress.com/2012/10/baris.jpg?w=202&h=222

Tarian yang ada di Bali ada bermacam-macam, ada yang bersifat hiburan ada juga untuk upacara yadnya yang sering disebut tari sakral, seperti tari Baris Tunggal. Tari Baris ini merupakan juga tari kepahlawanan, mempertunjukkan jiwa keprajuritan dan juga dalam memainkan senjata dalam perang, sebuah tarian kedewasaan jasmani, gerakan-gerakan tarian menununjukkan kewibawaan seorang prajurit dalam setiap langkahnya yang tegap dan berwibawa. Kematangan jiwa tercermin dari gerak langkah yang dinamis dan tatapan mata yang dalam dan karakter yang kuat.
Pakaian yang digunakan dengan hiasan kepala yang berbentuk kerucut, serta hiasan lamak, kostum pakaian didominasi warna merah dan putih yang artinya berani dan suci, sangat serasi dengan karakter tarian tersebut ditarikan oleh seorang laki-laki dengan tegas dan enerjik dan penuh wibawa. Pada pementasaan dalam rentetan upacara ngaben, yaitu saat memukur, pementasan tari Baris Tunggal sakral ini berfungsi sebagai punia atau persembahan kepada leluhur dan diantarkan oleh mantram-mantram suci sang Sulinggih/ pandita. Tapi beda dengan Tari Baris Profan yang biasa dipentaskan sebagai tari balih-balihan, sehingga wisatawan yang sedang berlibur dan wisata di Bali juga nisa menyaksikan tari Baris.
  • Sanghyang Dedari adalah tari yang memasukkan unsur-unsur kerasukan guna menghibur dewa-dewi, meminta berkat dan menolak bala.
2. Tari Bebalihan
Tari Bebalihan merupakan jenis tarian upacara, biasanya dipentaskan di halaman tengah pura. Tari ini sifatnya di antara sakral dan hiburan. Jenis tari bebali ialah Gambuh, Topeng, wayang dan calonarang.
·         Gambuh
Merupakan sendra tari Bali yang tertua. Musik, literatur dan kosakata yang digunakan dalam tariannya diturunkan dari periode Majapahit di Pulau Jawa. Pertunjukkan ini biasanya ditampilkan di pura pada saat hari-hari besar dan upacara.

Gambuh adalah sebuah drama tari warisan budaya Bali, yang memperoleh pengaruh dan drama tari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur, yang dikenal dengan nama Rakêt Lalaokaran. Drama tari klasik yang lahir di Puri pada masa lampau, masih dilestarikan diberbagai daerah di Bali, yang dulunya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan. Rakêt telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, dan baru disebutkan lagi dalam Kidung Warjban Wideya dari abad XVI. Rakêt Lalaokaran yang juga disebut Gambuh Ariar adalah pertunjukan berlakon yang merupakan perpaduan antara Rakêt dengan Gambuh. Gambuh abad XVI ini adalah tarian perang yang merupakan kelanjutan dan Bhata Mapdtra Yuddha, yaitu tarian perang untuk menghibur rakyat Majapahit yang melaksana upacara Shreiddha.
Penelitian yang mengkaji asal-usul Gambuh  serta pengaruhnya pada dramatari Arja ini, merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan etnokoreologi, yaitu sistem analisis yang memadukan penelitian tekstual dengan penelitian kontekstual. Kedua drama tari ini memiliki aspek-aspek yang multilapis, sehingga dalam kajiannya akan melibatkan pula metode, teori maupun konsep-konsep disiplin lainnya. Penelitian untuk disertasi ini juga menyajikan pembahasan tekstual secara lebih rinci, yaitu dengan melakukan perbandingan antara Gambuh dengan  Arja dilihat dari unsur-unsur yang membangun kedua drama tari tersebut. Studi banding ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persamaan yang dimiliki, serta seberapa jauh perbedaan yang ditunjukkan oleh kedua drama tari tersebut.
Terwujudnya Gambuh sebagai dramatari istana yang adiluhung telah memberikan pengaruh yang besar pada kehidupan seni pertunjukan di Bali. Gambuh yang terbentuk di Bali tidak hanya memperkenalkan cerita sebagai lakon yang memunculkan adanya struktur dramatik yang lengkap, akan tetapi memperkenalkan pula koreografi yang rumit dan penampilan yang artistik, untuk hiburan raja dan para bangsawan kerajaan. Bentuk pertunjukan Gambuh memiliki standar kualitas tertentu yang mencirikan Gambuh, yaitu memiliki struktur pertunjukan dan koreografi serta iringan musik yang pasti, perbendaharaan gerak yang lengkap dengan aturan-aturan yang ketat, yang tidak dimiliki oleh Bali sebelumnya. Begitu pula kostum yang digunakan sangat megah, berbeda dengan kostum yang digunakan oleh tarian-tarian sebelumnya yang sangat sederhana. Itulah yang menyebabkan Gambuh  dikatakan sebagai sumber drama tari yang muncul kemudian di Bali.
Salah satu drama tari yang mendapat pengaruh dari Gambuh adalah drama tari opera arja. Arja adalah dramatari opera yang menggunakan tembang dan dialog sebagai media ungkap lakon yang ditampilkan. Dilihat dari bentuk pertunjukkan arja yang sekarang dengan bentuk pertunjukan pada mulanya ketika masih disebut dadap, tampak perbedaan yang sangat mencolok. Hal ini menunjukkan perbedaan dramatari opera arja seperti sekarang ini telah melalui suatu proses transformasi dengan rentangan waktu yang sangat lama. Dramatari arja yang muncul dikalangan masyarakat jelata sebagai sebuah pertunjukan yang sederhana pada mulanya, telah berubah secara bertahap menjadi bentuk seni pertunjukan yang memiliki unsur-unsur pokok Gambuh dalam bentuk yang lebih menarik.
Gambuh yang muncul sebagai drama tari istana telah berkembang sesuai dengan kehidupan masyarakat Bali yang religius. Ditemukannya lontar Dharma Pagambuhan dalam penelitian ini, menunjukan hubungan yang erat antara seni pertunjukan dengan kehidupan ritual keagamaannya. Lontar Dharma Pagambuhan merupakan lontar tuntunan spiritual untuk dramatari Gambuh, yang berisi pertunjukan berupa mantra-mantra yang harus diketahui oleh penari maupun Penabuh Gambuh. Lontar ini juga memuat jenis-jenis sesajen yang harus dipersembahkan ketika melakukan pementasan Gambuh. Digunakannya jenis-jenis sesajen yang dimuat dalam Dharma Pagambuhan oleh genre seni pertunjukan lainnya di Bali merupakan pertunjukan pula, bahwa Gambuh adalah sumber drama tari Bali yang tercipta kemudian.
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa Gambuh memang berasal dari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur, yang telah mengalami perubahan dan perkembangan di Bali. Kehadiran Gambuh tepat pada saat bali sedang mengalami kebangkitan kembali dalam bidang seni, yaitu pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong (1460-1550). Gambuh yang memiliki elemen-elemen dramatari yang sangat lengkap, telah menjadikannya lengkap, telah menjadikannya sumber, yang kemudian mempengaruhi bentuk-bentuk seni pertunjukan yang lahir kemudian. Arja merupakan transformasi Gambuh ke dalam bentuk pertunjukan yang memiliki nuansa baru serta karakter yang berbeda dengan sumbernya. Arja memiliki unsur-unsur pokok Gambuh dalam bentuk yang lebih menarik, dalam arti sesuai dengan jiwa zamannya. Semua itu berkat peran para penari Gambuh yang terlibat dalam pembentukannya, termasuk peran istana yang telah membangun arja sebagai arja due purl (arja milik istana), yang juga turut memberikan pengaruh dan dampak yang menguntungkan dalam dunia seni pertunjukan di Bali. Tari gambuh biasanya dipentaskan pada saat Hari Raya Galungan dalam rangka mengiringi serangkaian upacara pada Hari Raya Galungan tersebut selain itu juga dipergunakan pada saat orang setempat melaksanakan acara pernikahan, selain itu juga banyak dicari atau diundang oleh desa tetangga dalam rangka mengiringi upacara yadnya juga, orang setempat menyebutnya Nunas Tirta Gambuh. Pada hari Raya Galungan, Tari Gambuh ini dipentaskan pada sore atau malam hari H. Tokoh - tokoh dalam tari Gambuh tersebut lumayan banyak juga. Awalnya tari Gambuh ini dimulai dengan mementaskan 2 penari dengan tokoh "Condong dan Galuh" biasanya disebut Salah satu keunikan Gambuh adalah pada bentuknya, yang merupakan gabungan antara tari Jawa dan tari Bali, dimana Gambuh memasukkan cerita dalam tarian Bali karena tarian Bali pada zaman Pra-Hindu tidak memiliki cerita. Dalam perkembangannya, Gambuh yang semula hanya mengambil cerita Panji kemudian dapat menampung berbagai cerita klasik yang sesuai dengan struktur dramatikanya.
Tari Gambuh adalah tarian drama tari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan merupakan drama tari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari sehingga sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali. Diperkirakan Gambuh ini muncul sekitar abad ke-15 yang lakonnya bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk total theater karena dikarena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya. Pementasanya dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lainya sebagainya. Diiringi dengan gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu. Tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya atau Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog, umumnya bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas,  Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya dan kasar.
            Gambuh yang masih aktif hingga kini terdapat di desa: Batuan  (Ginayar), Padang Aji dan budakeling (Karangasem), Pedungan (Denpasar), Apit Yeh (Tabanan), Anturan dan Naga Sepeha (Buleleng).








Tari Balih-balihan adalah jenis tarian yang bersifat non-religius dan cenderung menghibur. Jenis-jenisnya:
1     Janger
Adalah tarian pergaulan yang dibawakan oleh penari laki-laki maupun perempuan. Penari putri mengenakan mahkota berbentuk merak berwarna emas dan hiasan daun kelapa kering. Sebagian besar tarian ditampilkan dalam posisi duduk, dengan gerakan-gerakan tangan, bahu dan mata. Merupakan jenis tari kreasi yang lebih baru, Janger diadaptasikan dari aktivitas para petani yang menghibur diri karena lelah bekerja. Lirik lagunya diadaptasikan dari nyanyian Sanghyang, sebuah tarian ritual. Jika dikategorikan dalam Tari Bali, Janger termasuk Tari Balih-balihan, tarian yang memeriahkan upacara maupun untuk hiburan.
Karena populernya, pada tahun 1960-an, Janger mulai dipentaskan dalam kegiatan berbagai partai politik, tak terkecuali PKI. Kelompok-kelompok tari Janger mendukung kampanye pemutusan hubungan RI dengan Malaysia pada tahun 1963. Presiden Soekarno memberi banyak perhatian kepada tari ini, salah satunya dengan membawa penari-penari Janger pentas di Istana Tampaksiring. Setelah peristiwa G30S/PKI terjadi, banyak seniman janger yang dianggap berpihak kepada PKI dibunuh dan dikucilkan. Masa ini merupakan periode kejatuhan Tari Janger. Baru pada tahun 1970-an, popularitasnya kembali naik.
Pada perkembangannya, kini Janger juga dapat dibawakan oleh orang dewasa.Terdapat kelompok-kelompok tari yang anggotanya wanita dewasa yang berperan sebagai janger maupun kecak. Janger juga dibawakan dalam bentuk drama tari yang disebut Janger Berkisah. Kisah-kisah yang dimainkan antara lain Arjuna Wiwaha, Sunda Upasunda dan sebagainya.
Selama puluhan tahun, Janger telah diajarkan kepada para pemuda pemudi di Bali. Lama kelamaan, tari ini menjadi ajang kenalan pemuda antar desa satu dengan desa lain. Karena berkembang di masing-masing komunitas, muncul varian yang dibumbui dengan gaya tersendiri.
Pemerintah daerah Bali ikut mempopulerkan Janger sebagai tari pembuka pada macam-macam kegiatan dan acara, misalnya program Keluarga Berencana, pemilihan umum, kesehatan untuk lansia], sampai kampanye anti narkoba.
Selain dari gerak tarian, lagu Janger kemungkinan lebih populer di luar Bali. Lagu Janger banyak dikenal karena sering dinyanyikan oleh tim Indonesia dalam kejuaraan paduan suara internasional.

http://trianawindartini.files.wordpress.com/2012/10/janger.jpg?w=242&h=198
2              Kebyar
Dapat ditarikan secara solo, duet, trio, kelompok atau dalam sendratari. Tari ini diiringi dengan permainan gamelan gong kebyar. Legong adalah tarian yang diciptakan oleh Pangeran Sukawati berdasarkan mimpinya melihat bidadari. Penari legong yang berjumlah 3 orang menari mengikuti permainan gamelan semar pagulingan.
http://trianawindartini.files.wordpress.com/2012/10/tari-legong-bali.jpg?w=246&h=198

3                 Kecak
Adalah tarian beramai-ramai yang dibawakan di malam hari mengelilingi api unggun. Ditampilkan oleh seratus atau lebih pria sambil duduk, dipimpin oleh pendeta di tengah-tengah. Tari kecak tak diiringi musik, tapi hanya tepukan telapak tangan yang memukul bagian-bagian dari tubuh agar menghasilkan suara. Mereka mengucapkan kata-kata “cak, cak, cak” untuk menghasilkan suatu paduan suara unik.
Makna dan Arti  Dari Tari Kecak
            Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu  Rama melawan Rahwana.Walau Begitu , Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLFd63ldZauOM_OlHQnPmfykoUYWFd2mBub_OXAacYo5TVEP4rQKM5XG5fIqHKxbfN2v4KT5HKqhL3Edr7cq63ONydGfEul2FJu__DMhca2A1xH7VO1UTzdR3WP8sVHBxyTkbAz6msY4Se/s320/Bali-Kecak_Dance.jpg

           Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan caturmelingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.
           Lagu 
tari Kecak diambil dari ritual tarian Sang Hyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Kita Perlu bangga Karena  Tari Kecak Adalah salah satu  Seni Budaya , Seni Tari yang sudah Memiliki Nama yang Sangat Besar Di  mata Dunia.
4     Tari Topeng
        Di Bali, topeng dianggap sakral, seperti topeng barong ket (singa), barong macan, (harimau), barong bangkal (babi hutan), barong lembu (banteng) dan barong landung (raksasa). Menarikan tari topeng dilakukan untuk memainkan kisah kehidupan nenek moyang, kisah Ramayana atau riwayat sejarah. Tari topeng yang terkenal antara lain Topeng Pajegan. Tari ini dipentaskan pada saat upacara akil balig (metatah), pernikahan, dan perayaan di dalam pura.
http://trianawindartini.files.wordpress.com/2012/10/tari-topeng.jpg?w=246&h=204
Menurut pendapat salah seorang seniman dari ujung gebang-Susukan-Cirebon, Marsita, kata topeng berasal dari kata” Taweng” yang berarti tertutup atau menutupi. Sedangkan menurut pendapat umum, istilah kata topeng mengandung pengertian sebagai penutup muka / kedok. Berdasarkan asal katanya tersebut, maka tari topeng pada dasarnya merupakan seni tari tradisional masyarakat Cirebon yang secara spesifik menonjolkan penggunaan penutup muka berupa topeng atau kedok oleh para penari pada waktu pementasannya. Seperti yang telah diutarakan diatas, bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam seni tari topeng Cirebon mempunyai arti simbolik dan penuh pesan- pesan terselubung, baik dari jumlah kedok, warna kedok, jumlah gamelan pengiring dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan upaya para Wali dalam menyebarkan agama Islam dengan menggunakann kesenian Tari Topeng setelah media dakwah kurang mendapat respon dari masyarakat.
Tari Topeg Cirebonan ternyata salah satu seni yang berisi hiburan juga mengandung simbol-simbol yang melambangkan berbagai aspek kehidupan seperti nilai kepemimpinan, kebijaksanaan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa. Dalam hubungan ini maka seni Tari Topeng ini dapat digunakan sebagai media komunikasi yang sangat positif sekali.
Sebenarnya Tari Topeng ini sudah ada jauh sejak abad 10-11M yaitu pada masa pemerintahan Raja Jenggala di Jawa Timur yaitu Prabu Panji Dewa. Melalui seniman jalanan Seni Tari Topeng ini masuk ke Cirebon dan mengalami akulturasi dengan kebudayaan setempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar